Nihonjin

Negara Jepang kaya dengan berbagai kebudayaan leluhurnya yang beraneka ragam. Walaupun saat ini perkembangan teknologi di Jepang terus up date dalam hitungan perdetik , namun sisi tradisional masuh terus dilestarikan hingga sekarang ini. Berikut ini adalah salah satu dari berbagai macam kebudayaan Jepang yang masih terus berlangsung hingga saat ini :

Matsuri (祭, Matsuri) adalah kata dalam bahasa Jepang yang menurut pengertian agama Shinto berarti ritual yang dipersembahkan untuk Kami, sedangkan menurut pengertian sekularisme berarti festival, perayaan atau hari libur perayaan.

Matsuri diadakan di banyak tempat di Jepang dan pada umumnya diselenggarakan jinja atau kuil, walaupun ada juga matsuri yang diselenggarakan gereja dan matsuri yang tidak berkaitan dengan institusi keagamaan. Di daerah Kyushu, matsuri yang dilangsungkan pada musim gugur disebut Kunchi.

Sebagian besar matsuri diselenggarakan dengan maksud untuk mendoakan keberhasilan tangkapan ikan dan keberhasilan panen (beras, gandum, kacang, jawawut, jagung), kesuksesan dalam bisnis, kesembuhan dan kekebalan terhadap penyakit, keselamatan dari bencana, dan sebagai ucapan terima kasih setelah berhasil dalam menyelesaikan suatu tugas berat. Matsuri juga diadakan untuk merayakan tradisi yang berkaitan dengan pergantian musim atau mendoakan arwah tokoh terkenal. Makna upacara yang dilakukan dan waktu pelaksanaan matsuri beraneka ragam seusai dengan tujuan penyelenggaraan matsuri. Matsuri yang mempunyai tujuan dan maksud yang sama dapat mempunyai makna ritual yang berbeda tergantung pada daerahnya.

Pada penyelenggaraan matsuri hampir selalu bisa ditemui prosesi atau arak-arakan Mikoshi, Dashi (Danjiri) dan Yatai yang semuanya merupakan nama-nama kendaraan berisi Kami atau objek pemujaan. Pada matsuri juga bisa dijumpai Chigo (anak kecil dalam prosesi), Miko (anak gadis pelaksana ritual), Tekomai (laki-laki berpakaian wanita), Hayashi (musik khas matsuri), penari, peserta dan penonton yang berdandan dan berpakaian bagus, dan pasar kaget beraneka macam makanan dan permainan.

Sejarah

Matsuri berasal dari kata matsuru (祀る, matsuru? menyembah, memuja) yang berarti pemujaan terhadap Kami atau ritual yang terkait. Dalam teologi agama Shinto dikenal empat unsur dalam matsuri: penyucian (harai), persembahan, pembacaan doa (norito), dan pesta makan. Matsuri yang paling tua yang dikenal dalam mitologi Jepang adalah ritual yang dilakukan di depan Amano Iwato.

Matsuri dalam bentuk pembacaan doa masih tersisa seperti dalam bentuk Kigansai (permohonan secara individu kepada jinja atau kuil untuk didoakan dan Jichinsai (upacara sebelum pendirian bangunan atau konstruksi). Pembacaan doa yang dilakukan pendeta Shinto untuk individu atau kelompok orang di tempat yang tidak terlihat orang lain merupakan bentuk awal dari matsuri. Pada saat ini, Ise Jingū merupakan salah satu contoh kuil agama Shinto yang masih menyelenggarakan matsuri dalam bentuk pembacaan doa yang eksklusif bagi kalangan terbatas dan peserta umum tidak dibolehkan ikut serta.

Sesuai dengan perkembangan zaman, tujuan penyelenggaraan matsuri sering melenceng jauh dari maksud matsuri yang sebenarnya. Penyelenggaraan matsuri sering menjadi satu-satunya tujuan dilangsungkannya matsuri, sedangkan matsuri hanya tinggal sebagai wacana dan tanpa makna religius.

Tiga matsuri terbesar

* Gion Matsuri (Yasaka-jinja, Kyoto, bulan Juli)
* Tenjinmatsuri (Osaka Temmangu, Osaka, 24-25 Juli)
* Kanda Matsuri (Kanda Myōjin, Tokyo, bulan Mei)

Matsuri yang terkenal sejak dulu

Daerah Tohoku

* Nebuta Matsuri (kota Aomori, bulan Agustus) dan Neputa Matsuri (kota Hirosaki, bulan Agustus)
* Kantō Matsuri (kota Akita, bulan Agustus)
* Sendai Tanabata Matsuri (kota Sendai, bulan Agustus)

Daerah Kanto

* Chichibuyo Matsuri (kota Chichibushi, Prefektur Saitama, 2-3 Desember)
* Sanja Matsuri (Asakusa-jinja, Tokyo, bulan Mei)
* Sannō Matsuri (Hie-jinja, Tokyo, bulan Juni)

Daerah Chubu

* Owarafū no bon (kota Toyama, Prefektur Toyama, bulan September)
* Shikinenzōei Onbashira Daisai (kota Suwa, Prefektur Nagano, diadakan setiap 6 tahun sekali, terakhir diadakan bulan April-Mei, 2004).
* Takayama Matsuri (kota Takayama, Prefektur Gifu, bulan April dan bulan Oktober)
* Furukawa Matsuri (kota Hida, Prefektur Gifu, bulan April)

Daerah Kinki

* Aoi Matsuri (Kyoto, bulan Mei)
* Jidai Matsuri (Heian-jingu, Kyoto, bulan Oktober)
* Tōdaiji Nigatsudō Shuni-e atau dikenal sebagai Omizutori (Nigetsu-dō, kuil Tōdaiji, Nara, 12 Maret)
* Kishiwada Danjiri Matsuri (Kishiwada, Prefektur Osaka, 14-15 September)
* Nada no Kenka Matsuri dan Banshū no Aki Matsuri (Prefektur Hyogo, diselenggarakan lebih dari seratus jinja di daerah Banshū dengan pusat keramaian di kota Himeji di bulan Oktober)
* Nachi no Hi Matsuri (Nachi Katsuura, Prefektur Wakayama, bulan Juli)
* Aizen Matsuri, Tenjinmatsuri dan Sumiyoshi Matsuri yang dikenal sebagai "Tiga Matsuri Musim Panas Terbesar di Osaka" (Prefektur Osaka, bulan Juni-Juli)

Daerah Chugoku dan Shikoku

* Saidaiji Eyō (Okayama, Prefektur Okayama, bulan Februari)
* Awa Odori (Tokushima, Prefektur Tokushima, 12-15 Agustus)

Daerah Kyushu

* Hakata Gion Yamakasa (Fukuoka, Prefektur Fukuoka, bulan Juli)
* Nagasaki Kunchi (Nagasaki, Prefektur Nagasaki, 7-9 Oktober)
* Karatsu Kunchi (Karatsu, Prefektur Saga, bulan November)

Pengertian lain

Dalam bahasa Jepang, kata "matsuri" juga berarti festival dan aksara kanji untuk matsuri (祭, matsuri?) dapat dibaca sebagai sai, sehingga dikenal istilah seperti Eiga-sai (festival film), Sangyō-sai (festival hasil panen), Ongaku-sai (festival musik) dan Daigaku-sai (festival yang diadakan oleh universitas).

Shimin Matsuri adalah sebutan untuk matsuri yang diselenggarakan pemerintah daerah atau kelompok warga kota dengan maksud untuk menghidupkan perekonomian daerah dan umumnya tidak berhubungan dengan institusi keagamaan.

Festival dan Matsuri yang lain


* Festival Salju Sapporo (Sapporo, Prefektur Hokkaido, bulan Februari)
* Festival Salju Iwate (Koiwai Farm, Shizukuishi, Prefektur Iwate, bulan Februari)
* YOSAKOI Sōran Matsuri (Sapporo, Hokkaido, bulan Juni)
* Niigata Odori Matsuri (Niigata, Prefektur Niigata, pertengahan bulan September)
* Odawara Hōjō Godai Matsuri (kota Odawara, Prefektur Kanagawa)
* Yosakoi Matsuri (kota Kochi, Prefektur Kochi, 9-12 Agustus)
* Hakata dontaku (3-4 April, kota Fukuoka)
* Hamamatsu Matsuri (3-5 Mei, kota Hamamatsu, Prefektur Shizuoka)
* Wasshoi Hyakuman Natsu Matsuri (kota Kita Kyūshū, Prefektur Fukuoka, hari Sabtu minggu pertama bulan Agustus)



Origami
Dari Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia.

Origami adalah sebuah seni lipat yang berasal dari Jepang. Bahan yang digunakan adalah kertas atau kain yang biasanya berbentuk persegi. Sebuah hasil origami merupakan suatu hasil kerja tangan yang sangat teliti dan halus pada pandangan.

Origami merupakan satu kesenian melipat kertas yang dipercayai bermula semenjak kertas mula diperkenalkan pada abad pertama di Tiongkok pada tahun 105 oleh seorang Tiongkok dikasi yang bernama Ts'ai Lun.

Pembuatan kertas dari potongan kecil tumbuhan dan kain berkualitas rendah meningkatkan produksi kertas. Contoh-contoh awal origami yang berasal daripada Republik Rakyat Tiongkok adalah tongkang Tiongkok dan kotak.

Pada abad ke-6, cara pembuatan kertas kemudian dibawa ke Spanyol oleh orang-orang Arab. Pada tahun 610 di masa pemerintahan kaisar wanita Suiko (zaman Asuka), seorang biksu Buddha bernama Donchō (Dokyo) yang berasal dari Goguryeo (semenanjung Korea) datang ke Jepang memperkenalkan cara pembuatan kertas dan tinta.

Origami pun menjadi populer di kalangan orang Jepang sampai sekarang terutama dengan kertas lokal Jepang yang disebut Washi.

Washi (和紙, Washi?) atau Wagami adalah sejenis kertas yang dibuat dengan metode tradisional di Jepang. Washi dianggap mempunyai tekstur yang indah, tipis tapi kuat dan tahan lama jika dibandingkan dengan jenis kertas lain.

Produksi washi sering tidak dapat memenuhi permintaan konsumen sehingga berharga mahal. Di Jepang, washi digunakan dalam berbagai jenis benda kerajinan dan seni seperti Origami, Shodō dan Ukiyo-e. Washi juga digunakan sebagai hiasan dalam agama Shinto, bahan pembuatan patung Buddha, bahan mebel, alas sashimi dalam kemasan, bahan perlengkapan tidur, bahan pakaian seperti kimono, serta bahan interior rumah dan pelapis pintu dorong.

Di Jepang, washi juga merupakan bahan uang kertas sehingga uang kertas yen terkenal kuat dan tidak mudah lusuh.

Sudoku

Dari Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia.
Sudoku (数独, sūdoku?), juga dikenal sebagai Number Place atau Nanpure, adalah sejenis teka-teki logika. Tujuannya adalah untuk mengisikan angka-angka dari 1 sampai 9 ke dalam jaring-jaring 9×9 yang terdiri dari 9 kotak 3×3 tanpa ada angka yang berulang di satu baris, kolom atau kotak. Pertama kali diterbitkan di sebuah surat kabar Perancis pada 1895 dan mungkin dipengaruhi oleh matematikawan Swiss Leonhard Euler, yang membuat terkenal Latin square.

Versi modern permainan ini dimulai di Indianapolis pada 1979. Kemudian menjadi terkenal kembali di Jepang pada 1986, ketika penerbit Nikoli menemukan teka-teki ini yang diciptakan Howard Garns.

Nama "Sudoku" adalah singkatan bahasa Jepang dari "Suuji wa dokushin ni kagiru" (数字は独身に限る, "Suuji wa dokushin ni kagiru"?), artinya "angka-angkanya harus tetap tunggal".


Totto-Chan : Gadis Cilik di Jendela

Totto-chan adalah seorang gadis cilik yang memulai masa-masa sekolah dasarnya. Oleh mamanya, ia dimasukkan ke sebuah sekolah dasar yang pada akhirnya mengeluarkan Totto-chan saat ia masih menjalani tahun pertamanya karena ibu gurunya menganggap Totto-chan adalah anak yang nakal. Suka membuka-tutup mejanya berkali-kali, berdiri di depan jendela kelas dan memanggil pemusik jalanan, dan menggambari meja adalah beberapa contoh kelakuannya yang membuat ibu gurunya kehilangan kesabaran.

Mama Totto-chan yang bijaksana mengajak Totto-chan pindah ke sekolah lain tanpa mengatakan bahwa ia dikeluarkan dari sekolahnya yang lama. Sekolah baru tersebut bernama Tomoe Gakuen. Sekolah ini memiliki banyak keunikan. Salah satunya adalah ruang kelasnya yang tidak lain adalah gerbong-gerbong kereta api yang sudah tidak lagi terpakai. Di sekolah inilah Totto-chan mendapatkan pengalaman-pengalaman luar biasa dan bertemu dengan orang-orang yang tidak akan dilupakan seumur hidupnya.

Kepala sekolah, Sosaku Kobayashi, adalah seorang pendidik yang baik dan bijaksana. Ia menerapkan sistem pendidikan di sekolahnya, Tomoe Gakuen, berbeda dari sekolah-sekolah konvensional di Jepang lainnya. Ia memang telah belajar bertahun-tahun, salah satunya di Eropa, sebelum kemudian ia mendirikan Tomoe Gakuen. Ia mendidik murid-muridnya dengan "menyerahkan"nya pada alam dan membiarkan mereka tumbuh sesuai kepribadian dan talentanya masing-masing. Ia selalu berusaha memahami murid-muridnya dan membuat mereka senang. Inilah yang membuat Totto-chan dan teman-temannya begitu dekat dengan Mr. Kobayashi sampai-sampai menganggapnya sebagai teman.
Di sekolah ini Totto-chan berjumpa dengan teman-teman yang baik antara lain Yasuaki-chan yang terkena polio sejak kecil, Sakko-chan, Miyo-chan, si ahli fisika Tai-chan, Oe, Takahashi yang memiliki kelainan fisik, dan lain-lain. Walaupun beberapa di antara mereka memiliki kecacatan, mereka mampu saling menghargai.

Totto-chan menjalani masa-masa sekolah bersama teman-temannya dengan perasaan senang. Setiap hari ia mendapatkan pengalaman-pengalaman yang berkesan. Contohnya seperti pengalaman berkemah di aula sekolah, berenang di kolam renang sekolah, dan ketika mengajak sahabatnya yang menderita polio, Yasuaki-chan, memanjat pohon. Suatu saat kegembiraan ini mulai terkikis perlahan, mulai dari meninggalnya Yasuaki-chan, kesulitan Papa dalam mencari nafkah ketika perang mulai berkecamuk, hilangnya Rocky, anjing kesayangan Totto-chan, hingga pada akhirnya terbakarnya sekolah Tomoe Gakuen pada tahun 1945 akibat serangan dari pesawat-pesawat Amerika. Akan tetapi, masa-masa sekolah dasar ini takkan pernah dilupakan oleh Totto-chan seumur hidupnya.

ANALISIS CERITA TERKAIT DENGAN PERKEMBANGAN KOGNITIF DAN SOSIO-EMOSIONAL ANAK SERTA PENDIDIKAN PRASEKOLAH

Cerita ini memberikan beberapa gambaran mengenai perkembangan manusia di masa kanak-kanak awal. Perkembangan ini didukung oleh banyak sekali faktor, antara lain berupa dukungan dan didikan dari orang tua dan orang-orang dewasa lainnya seperti kepala sekolah, Mr. Kobayashi, dan pengalaman-pengalaman sehari-hari yang didapatkannya.

Perkembangan Kognitif

Dalam kisah ini Totto-chan digambarkan sebagai seorang anak yang baru memasuki sekolah dasar. Kemudian cerita berlanjut pada pengalaman-pengalamannya ketika menjalani tahun-tahun pertamanya di sekolah tersebut. Dengan begitu dapat disimpulkan bahwa Totto-chan sedang berada pada tahap praoperasional, salah satu tahap pekembangan kognitif Jean Piaget, yang terentang kira-kira dari usia 2 sampai 7 tahun.

Tahap praoperasional ini terbagi atas dua subtahap:
1. Subtahap fungsi simbolis, ciri-cirinya adalah egosentrisme dan animisme.
2. Subtahap pemikiran intuitif, ciri-cirinya adalah penalaran primitif dan sentrasi.

Egosentrisme, suatu ketidakmampuan untuk membedakan antara perspektif diri sendiri dengan perspektif orang lain, tampak ketika Totto-chan meminta dibelikan anak ayam oleh orang tuanya. Walaupun telah diperingatkan oleh mereka bahwa anak ayam lemah dan takkan hidup lama, Totto-chan tetap saja bersikeras dan merengek minta dibelikan. Bahkan ia mengatakan bahwa ia tidak akan meminta apapun lagi setelahnya.

Begitu pula pada saat ia mendapat peran dalam drama di sekolahnya sebagai Yoshitsune. Dalam drama tersebut Yoshitsune dipukuli oleh Benkei yang diperankan oleh salah satu teman Totto-chan, Aiko Saisho. Seharusnya, Yoshitsune hanya diam saja dan pasrah ketika dipukuli oleh Benkei. Akan tetapi, setiap kali Yoshitsune (Totto-chan) dipukul oleh Benkei (Aiko) ia selalu membalas walaupun telah diberitahu berkali-kali untuk tidak membalas. Ini juga contoh dari egosentrisme.

Ciri lainnya, yaitu animisme dan penalaran primitif juga terdapat dalam cerita ini. Animisme tampak ketika Totto-chan diajak oleh Sakko-chan melihat sumur yang berisi bintang jatuh. Ketika mereka melihat ke dalamnya ternyata yang ada hanya sesuatu yang tampak seperti batu dan tidak berkelipan seperti bintang yang dibayangkan oleh mereka. Kemudian Totto-chan berkata, "Mungkin bintang itu sedang tidur. Kurasa mereka harus tidur di siang hari dan bersinar di malam hari."

Di samping itu, penalaran primitif ditunjukkan pada bagian cerita ketika ia berbohong pada mamanya. Pernah suatu kali ia merangkak di bawah pagar sehingga pakaiannya robek dari atas ke bawah. Ia tahu bahwa mamanya menyukai pakaian tersebut. Karena itu ia berusaha keras mengarang cerita dan menyampaikannya pada mamanya. "Aku sedang menyusuri jalan. Tiba-tiba segerombolan anak nakal melempari punggungku dengan pisau." Pada tahap praoperasional ini anak tampak begitu yakin tentang pengetahuan atau pemahaman mereka tetapi tanpa menggunakan pemikiran rasional.

Perkembangan Sosio-emosional

Totto-chan dibesarkan dalam keluarga yang penuh dengan kasih sayang. Orang tuanya selalu berusaha memahami perasaan Totto-chan dan memotivasinya. Sebagai contoh adalah ketika Totto-chan dikeluarkan dari sekolahnya yang lama karena dianggap nakal. Kemudian sang mama hanya berkata pada Totto-chan, "Bagaimana kalau kau pindah ke sekolah baru? Mama dengar ada sekolah yang sangat bagus." Ia tak memberitahu pada Totto-chan bahwa anaknya tersebut dikeluarkan karena dianggap nakal. Ini dilakukannya demi menjaga perasaan Totto-chan. Begitu pula papanya yang tidak jadi memarahi Rocky, anjing kesayangan Totto-chan ketika tanpa sengaja menggigit telinga Totto-chan karena ia tahu bahwa anaknya sangat menyayangi anjingnya.

Diana Baumriend (1971) menekankan tiga tipe pengasuhan anak: otoriter, otoritatif, dan laissez faire (permisif). Pola pengasuhan yang diterapkan oleh mama papa Totto-chan dapat dimasukkan dalam tipe otoritatif, yaitu yang mendorong anak-anak agar mandiri tetapi masih terdapat batas-batas dan pengendalian atas tidakan-tindakan mereka. Contohnya adalah ketika Totto-chan melakukan sebuah kesalahan, yaitu melopat ke sebuah gundukan pasir yang tinggi. Ternyata, gundukan tersebut bukanlah pasir, melainkan adonan semen abu-abu. Totto-chan terbenam ke dalam semen tersebut hingga ke leher. Mama menemukannya dan berkata, "Rasanya mama pernah mengingatkan kalau melihat sesuatu yang menarik jangan langsung melompat ke situ. Lihat dulu, baru lompat!" Setelah itu Totto-chan berjanji tidak akan melompat ke gundukan pasir lagi.

Selain orang tua, kepala sekolahnya, Mr. Kobayashi juga memiliki peranan penting dalam proses perkembangan sosio-emosional Totto-chan. Mr. Kobayashi juga menerapkan tipe pengasuhan otoritatif pada anak-anak didiknya. Contohnya adalah ketika ia mengajak Totto-chan bermusyawarah mengenai pita rambut yang dikenakan Totto-chan. Mr Kobayashi berkata, "Totto-chan, aku sangat berterima kasih jika kau tidak lagi memakai pita itu ke sekolah. Kau tahu kan, Miyo-chan selalu merengek-rengek minta pita seperti itu. Kau keberatan?" Kemudian keesokan harinya Totto-chan bersedia untuk tidak memakai pita itu lagi ke sekolah.

Di sekolah Totto-chan dikenal sebagai murid yang baik. Akan tetapi, ia juga sering mengagetkan guru-gurunya dengan melakukan hal-hal aneh karena keingintahuannya terhadap hal-hal yang tidak biasa. Misalnya seperti mengapit kepangnya di ketiak sambil berbaris di pagi hari, menggantungkan salah satu lengannya di palang latihan yang paling tinggi di ruang olahraga dan mengatakan pada guru yang menemukannya, "Hari ini aku jadi sepotong daging!", dan kelakuan-kelakuan aneh lainnya.

Hal ini bisa membuat orang-orang di sekitarnya menganggap ia aneh dan nakal. Akan tetapi, Mr. Kobayashi selalu berkata pada Totto-chan, "Kau benar-benar anak baik. Kau tahu itu, kan?" Kalimat sederhana ini telah tertanam dalam hatinya sehingga ia menjadi sosok yang percaya diri dan selalu berusaha tetap menjadi "anak yang baik".

Di sekolahnya, Tomoe Gakuen, Totto-chan berkenalan dengan teman-temannya. Di sanalah ia belajar bersosialisasi dengan orang-orang selain orang tuanya. Ia berteman baik dengan teman-teman sekelasnya. Sekolah tersebut pun telah memberikan pelajaran pada murid-muridnya untuk menghargai teman-temannya walaupun pada saat itu ada beberapa teman Totto-chan yang mengalami kelainan secara fisik. Totto-chan tetap berteman baik dengan mereka bahkan ia sering menghibur dan membela teman-temannya yang cacat jika diejek oleh anak-anak dari sekolah lain.

Pengalaman emosional ia seringkali ia dapatkan. Pengalaman-pengalaman ini memberikan banyak pelajaran padanya. Contohnya adalah ketika dompetnya terjatuh ke dalam kakus ia berusaha menaha diri untuk tidak menangis dan mencari sendiri dompet itu. Pengalaman lainnya, misalnya ketika Yasuaki-chan meninggal dan hilangnya Rocky yang diduganya juga meninggal, mengajarkan padanya tentang perasaan kehilangan. Ia pun berusaha untuk tabah menghadapi kehilangan tersebut.

Pendidikan Prasekolah untuk Anak

Dalam kisah Totto chan ini, yang paling diceritakan adalah masa-masa sekolah dasar Totto-chan, lebih tepatnya adalah ketika ia menjalani tahun-tahun pertama sekolahnya. Akan tetapi, di sini pun juga disinggung mengenai pendidikan prasekolah. Kepala sekolah Tomoe Gakuen, Sosaku Kobayashi, pernah mendirikan taman kanak-kanak dengan kawan-kawannya. Ia sering berkata pada guru-guru di TK tersebut agar tidak mencoba memaksa anak-anak tumbuh sesuai kepribadian yang digambarkan. Ia lebih suka jika anak-anak tersebut "diserahkan" pada alam dan berkembang sesuai dengan apa yang mereka cita-citakan.

Konsep ini setidaknya tak jauh berbeda dengan sistem pendidikan yang ia terapka di Tomoe Gakuen. Di sekolah ini murid diberikan kebebasan untuk menentukan sendiri urutan pelajaran, jam bebas untuk melakukan hal-hal yang mereka minati, dan kesempatan untuk berjalan-jalan di alam sambil belajar. Contohnya seperti saat mereka diajak untuk belajar bercocok tanam langsung di ladang salah seorang petani sambil belajar mengenai hewan-hewan yang ada di sana.

Di sekolah ini para murid sangat diperhatikan. Kepala sekolah menyuruh mereka membawa bekal makan siang yang terdiri atas sesuatu yang berasal dari gunung dan sesuatu yang berasal dari laut dengan tujuan supaya anak-anak tersebut memakan makanan yang menyehatkan setiap harinya. Ia pun menyuruh murid-murid mengenakan pakaian yang usang ke sekolah dengan maksud agar murid-murid tersebut dapat bebas ketika mengikuti kegiatan-kegiatan di sekolah. 

Menurutnya, sayang jika anak-anak harus takut dimarahi akibat mengotori pakaian mereka atau ragu-ragu bergabung dalam suatu permainan karena cemas baju mereka akan robek.

Yang jelas, sistem yang diterapkan dalam Tomoe Gakuen sangat berbeda dari sekolah-sekolah konvensional di Jepang saat itu yang masih menerapkan banyak aturan yang mengekang kebebasan murid-muridnya untuk berkreasi, memuaskan rasa ingin tahunya, dan menjadi dirinya sendiri. Selain itu, di sekolah lain masih ada hukuman terhadap murid-murid yang bersalah. Ini dapat menumbuhkan perasaan malu dan rendah diri pada anak-anak tersebut. Keadaan ini berbeda jauh dari Tomoe Gakuen. Jika ada murid yang bersalah, Mr. Kobayashi akan menegurnya dengan cara yang baik. Kenyataannya, murid-murid di Tomoe Gakuen tumbuh menjadi anak-anak yang baik.

Kepala sekolah selalu berusaha menyenangkan murid-muridnya. Ia mendengarkan apa yang menjadi aspirasi dan keinginan mereka. Ia pun selalu menegur murid-murid yang melakukan kesalahan dengan cara yang baik tanpa memarahi mereka. Ia sering menunjukkan kasih sayang dan kecintaannya pada murid-muridnya.


Memoirs of a Geisha

Pada tahun 1929, dikisahkan seorang anak berusia sembilan tahun bernama Chiyo, tinggal di sebuah kampung nelayan kecil di kota Yoroido, Jepang. Ia tinggal bersama seorang kakak perempuan yang bernama Satsu dan kedua orang tuanya.
Kondisi keluarga mereka sangat miskin, ayahnya sudah tua untuk mencari nafkah sedangkan ibunya sedang sakit parah. Tidak tahan dengan beban tersebut akhirnya Chiyo dan Satsu di jual oleh ayahnya melalui tuan Tanaka kepada Nitta Okiya, salah satu pemilik rumah geisha di distrik Gion. Chiyo di ambil untuk tinggal di Okiya karena dianggap memenuhi kriteria yang memadai untuk didik menjadi seorang geisha, sedangkan Satsu bernasib malang ia di jual kesebuah rumah pelacuran. Kakak beradik tersebut akhirnya terpisah.
Selain Nitta Okiya ada beberapa penghuni lain yaitu bibi yang mengurus rumah tangga, Pumpkin, seorang gadis kecil seusia Chiyo yang sama-sama di latih untuk menjadi seorang geisha, dan satu penghuni lagi si cantik Hatsumomo, satu-satunya geisha di Okiya yang banyak menghasilkan yen bagi Nitta Okiya. Hatsumomo termasuk salah satu geisha tercantik di distrik Gion.
Kehadiran Chiyo di Okiya, rupanya tidak membuat Hatsumomo senang, dia melihat potensi besar pada diri Chiyo yang membuatnya takut tersaingi. Chiyo memiliki mata biru keabu-abuan yang membuat wajahnya tidak biasa dibanding gadis-gadis jepang lainnya, dan tentu saja Chiyo juga memiliki paras yang cantik sehingga jika dilatih sejak kecil, Chiyo bisa tumbuh menjadi seorang geisha yang terkenal dan banyak diminati, hal tersebut sangat ditakuti olehnya. Karena alasan tersebut, Chiyo mendapat perlakuan buruk. Dengan berbagai cara Hatsumomo berusaha agar Chiyo tidak mendapat pelatihan untuk menjadi seorang geisha.
Suatu ketika, dalam kondisi mabuk Hatsumomo membawa sebuah kimono mahalyang dicuri dari Mameha, seorang saingannya sebagai geisha. Mameha adalah geisha paling berhasil di distrik Gion. Hatsumomo memaksa Chiyo untuk merusak kimono Mameha dan tentunya Chiyo harus mengembalikan kimomo rusak tersebut ke Mameha. Chiyo terpaksa mau dengan harapan Hatsumomo akan memberitahu rumah pelacuran tempat Satsu tinggal.
Hatsumomo memenuhi janjinya memberitahukan dimana Satsu, akhirnya Chiyo dengan sembunyi-sembunyi dapat bertemu dengan kakak-nya, Satsu dan merekapun berencana untuk melarikan diri. Ketika Chiyo kembali ke Okiya, dia mempergoki Hatsumomo tengah berkencan dengan pacarnya, ketakutan ketahuan Hatsumomo, bersiasat dengan menyuruh Chiyo mengambil uang kekamarnya, dan Hatsumomopun lari dari tangga kamar dan berteriak-teriak bahwa Chiyo telah mencuri perhiasannya dan akan membawanya kabur dari Okiya, dan Chiyo harus menanggung amarah dan pukulan dari Hatsumomo dan Okiya yang biasa mereka sebut dengan “ibu”. Chiyo berusaha membela diri dengan menceritakan apa yang dilihatnya pada Ibu, ternyata cerita Chiyo ditanggapi oleh Nitta Okiya. Dia tahu bahwa Hatsumomo berbohong dan langsung memeriksa badan Hatsumomo, dan ternyata benar bahwa hatsumomo baru berkencan dengan seorang pria.
Nita Okiya akhirnya berpikir, untuk mendidik Chiyo dengan sungguh-sungguh menjadi seorang geisha, dan diapun menutup akses yang memungkinkan Chiyo tidak bisa kabur dari Okiya.
Sesuai kesepakatan dengan Satsu, Chiyo bermasuk kabur bersama, tetapi dia kesulitan karena semua pintu keluar sudah terkunci salah satu akses yang menungkinkan yaitu keluar melalui atap. Namun keberuntungan belum berpihak kepadanya, Chiyo jatuh dari atap dan membuat tangannya patah. Karena ulahnya tersebut, Chiyo terancam menjadi pelayan seumur hidup dan berbagai pelatihan untuk menjadi seorang geisha dihentikan.
Chiyo mendapat kabar dari tuan Tanaka melalui suratnya, bahwa Satsu telah kabur dari rumah pelacuran, dan pergi entah kemana bersama pacarnya dari Yoroido, dan tidak terdengar sama sekali kabarnya, sedangkan kabr yang lebih buruk yaitu kedua orang tua mereka telah meninggal dunia. Berita tersebut telah memukul perasaan Chiyo. Dia merasa hidupnya sudah tidak berarti lagi.
Ketika Chiyo sedang menangisi nasibnya disebuah jembatan, Dia dihampiri oleh seorang pria dewasa bernama Ken Iwamura, yang membelikannya kembang gula, lalu memberinya uang yang dibungkus dalam sebuah saputangan. Chiyo sangat bahagia, tiba-tiba tumbuh keinginannya untuk menjadi seorang geisha dengan harapan kelak dia bisa berjumpa kembali dengan pria yang membelikannya kembang gula.
Beberapa tahun kemudian, Chiyo menarik perhatian Mameha – geisha paling berhasil di distrik Gion dan geisha yang mendapat penawaran tertinggi untuk melepas keperawanannya. Mameha adalah musuh bebuyut Hatsumomo. Hal tersebut merupakan salah satu alasan Mameha mendidik Chiyo untuk menjadi seorang geisha. Mameha menjelaskan kenapa Hatsumomo kurang berhasil menjadi geisha padahal dia sangat cantik dan berbakat. Keberhasilan seorang geisha bukan hanya bermodal cantik dan berbakat, tetapi berhasil mendapatkan seseorang yang mau menjadi pemberi dana untuk membiayai hidup seorang geisha yang sangat mahal, mengingat gaya hidup geisha yang serba mahal dan mewah. Dan Mameha mengakui, dia berhasil jadi geisha yang sukses secara materi karena dia mendapat sokongan dana dari orang yang kuat secara materi dan politik.
Akhirnya Mameha mengangkat Chiyo sebagai penerusnya yang akan dia bimbing menjadi seorang geisha yang berhasil, sedangkan Hatsumomo mengangkat Pumpkins sebagai penerusnya. Hatsumomo melarang pumpkins untuk bicara dengan Chiyo karena dianggapnya sebagai pesaing Pumpkins. Hubungan persahabatan Chiyo dan Pumpkins pun akhirnya terputus.
Seiring berjalannya waktu, Mameha membentuk Chiyo menjadi seorang geisha yang cantik, berkepribadian, pandai menyanyi, menari dan bermain musik. Dan Chiyo-pun mendapat nama baru yaitu Sayuri. Geisha Sayuri berhasil menyita perhatian banyak orang dan terkenal di Gion, dia banyak bertemu tamu-tamu yang berasal dari kelas atas baik politikus, pengusaha besar dan yang terpenting Sayuri bisa bertemu dengan Ken Iwamura, yang ternyata seorang pemimpin dari sebuah perusahaan besar. Puncak dari populeritasnya sebagai geisha, Sayuri menjadi geisha yang mendapat penawaran tertinggi untuk melepas keperawanan. Orang yang berhasil memberi penawaran tertinggi yaitu seorang dokter yang bernama Dr. Crab. Uang yang diperoleh tersebut cukup untuk melunasi hutang Chiyo pada Nitta Okiya, sehingga pada akhirnya Chiyo bisa terlepas dari cengkraman Nitta Okiya.
Keberhasilan Sayuri menjadi seorang geisha yang sangat terkenal, berpengaruh pada keputusan Nitta Okiya untuk mengadopsi Pumpkins, dan akhirnya ia membatalkan mengadopsi Pumpkins dan memilih Sayuri sebagai ahli waris Okiya dengan mengubah nama Chiyo menjadi Nitta Sayuri. Adapun alasan memilih Sayuri karena Sayuri akan menjadi tambang emasnya dan menjadi ahli warisnya di kemudian hari. Keputusan tersebut membuat persaingan dengan antara Sayuri dan Pumpkins semakin meruncing.
Beberapa tahun berlalu, Sayuri semakin popular dan menjadi geisha yang memiliki banyak pelanggan yang tentunya berasal dari kalangan pengusaha besar dan pejabat tinggi yang mampu memberi imbalan besar atas jasanya. Sedangkan populeritas Hatsumomo semakin meredup dan salah satu penyebabnya Sayuri dan Mameha memotong langkah Hatsumomo agar tidak popular lagi, sebagai akibatnya Hatsumomo pun di usir dari Okiya selain sudah tidak menghasilkan keuntungan untuk Nitta Okiya, juga terlibat perkelahihan dengan Sayuri yang mengakibatkan terbakarnya sebagian Okiya. Kabar terakhir dikisahkan, Hatsumomo menjadi seorang pelacur di Miyagawa-Cho dan akhirnya tewas karena kebanyakan mabuk.
Kembali ketujuan awal Sayuri menjadi seorang geisha yaitu untuk dapat berhubungan dengan Ken Iwamura atau orang-orang memanggilnya ketua atau pemimpin dari sebuah perusahaan besar. Hasratnya kembali bergelora untuk mendekati sang ketua, cintanya yang sejak lama dia pendam semakin kuat, dan Sayuri melihat adanya kemungkinan yang bisa mendekatkan mereka, karena sering kali dirinya diundang untuk menemani ketua dan temannya Nobu di berbagai acara jamuan. Harapannya sang ketualah yang tertarik kepadanya ternyata, Nobu lah yang tertarik kepada Sayuri, dia sanggup untuk untuk menjadi penyokong dana untuk memenuhi kebutuhan Sayuri, dan Sayuri menerima hal tersebut karena tidak ada satupun laki-laki di Gion yang sanggup secara permanent menjadi penyokong dana bagi dirinya, pada dasarnya sayuri kecewa karena dia berharap sang ketua lah yang akan menjadi penyokong dana bagi kehidupannya.
Perang dunia ke-dua pun pecah, seluruh rakyat Jepang yang berjenis kelamin laki-laki wajib mengikuti wajib militer dan yang tidak mengikuti perang diwajibkan bekerja di pabrik-pabrik untuk memenuhi kebutuhan tentara jepang yang sedang berperang. Komplek Geisha di Gion-pun ditutup, para wanitanya di kirim ke pabrik-pabrik untuk bekerja, Nasib Mameha dan Sayuri lebih baik, mereka dapat pertolongan dari ketua dan dikirim ke pabrik tektil yang kondisinya tidak terlalu berat untuk dikerjakan oleh Sayuri dan Mameha. Selama di pabrik tekstil tersebut Sayuri harus bekerja berat di tengah terik matahari yang tentunya merusak kulitnya dan tubuhnya mengurus Karena kekurangan gizi. Tetapi Sayuri menyadari keadaan tersebut dan dia harus bersabar dan menjalani hidup di desa kecil tersebut demi kelangsungan hidupnya.
Akhirnya perangpun usai, dengan kekalahan Jepang setelah bom otom dijatuhkan di Hirosima dan Nagasaki. Kondisi Jepang mulai tenang, walau dalam kondisi yang sangat memprihatinkan. Distrik Gion mulai dibuka kembali, dan Nobu pun data kembali untuk menjumpai Sayuri, dan meminta bantuannya dan sang ketua untuk menjamu relasi bisnisnya karena Nobu dan sang ketua sedang merintis bisnis mereka yang sempat hancur akibat perang. Dan Nobu pun menyatakan perasaan dan kesanggupannya untuk menjadi penyokong dana Sayuri. Perasaan Sayuri bercampur aduk antara senang dan kecewa, karena dia berharap sang ketualah yang akan memberi tawaran tersebut. Cinta terpendamnya untuk sang ketua semakin berat dia rasakan. Karena Sayuri tidak mampu menolak tawaran Nobu maka dia memutuskan akan membuat Nobu marah dengan tidur dengan lelaki lain dan akhirnya dia bisa lepas dari Nobu. Akhirnya Sayuri kembali ke Gion dan bertemu Mameha – yang sudah tidak punya penyokong dana lagi- dan Pumpkins yang kini menjadi seorang pelacur dan ternyata merekapun hadir sebagai penghibur di acara perjamuan bisnis tersebut. Sayuri membuat keputusan untuk tidur dengan salah seorang menteri yang hadir diperjamuan tersebut, dan meminta Pumpkins untuk membawa Nobu ketempat dia dan menteri, dengan harapan Nobu marah dan melepaskannya. Ternyata kenyataan berubah, Pumpkins mengajak sang ketua dan Nobu untuk menyaksikan Sayuri sedang berhubungan intim dengan sang menteri. Keadaan tersebut tentu jasa membuat Sayuri malu dan terpukul. Akhirnya Sayuri mengetahui alasan Pumpkins membuat hidupnya hancur, sebagai upaya balas dendam Pumpkins karena seharusnya dialah yang di adopsi sebagai anak Nitta Okiya bukan Sayuri.
Setelah kejadian memalukan tersebut berlalu, Sayuri merasa hidupnya hampa, tetapi dia sadar hidup masih harus tetap berjalan dan diapun sudah bebas dari Nobu. Suatu hari ada tawaran untuk menghidur tamu disebuah “Tea Hause”, dia sendiri belum mengetahui siapa orang yang meminta jasanya tersebut. Pergilah Sayuri ketempat perjamuan tersebut, ternyata di sana ada sang ketua “Ken Iwamura”. Perasaan haru, takut, malu dan rasa rindu yang dia pendam akhirnya pecah juga, ternyata perasaannya berbalas, dan Sayuri mengetahui pakta lain bahwa sebenarnya sang ketua lah yang meminta Mameha untuk menjadikan Sayuri sebagai geisha yang terkenal dan melindunginya. Dan tentunya sang ketua pun mencintai sayuri. Sang ketua menawarkan diri untuk menjadi penyokong dana untuk Sayuri, dan Sang ketuapun membayar mahal kepada Nitta Okiya agar membebaskan Sayuri dan menjadi miliknya dan tidak menjadi seorang geisha lagi.
Akhirnya Sayuri menjadi simpanan dari sang ketua, Sayuri menemani sang ketua di sebuah Villa yang dibeli sang ketua, dan menghiburnya dari tahun ketahun, tetapi tidak membuatnya bosan karena Sayuri berpikir itulah takdirnya untuk selalu bersama sang ketua, lelaki cinta pertama dan terakhirnya.
Beberapa tahun kemudian Sayuri pindah ke New York dan membuka Tea House miliknya sendiri. Dan Sayuri menghabiskan sisa hidupnya di sana.